Selasa, 08 November 2016

Klise

Andai lagu bisa berbicara
Maka ia akan mengungkapkan : Bangsa yang sendu!
Semua lagu serba Melayu, bernada cengeng
Ah, aku bosan dengan cinta melulu!

12/10/16

*terinspirasi dari Efek Rumah Kaca

Kamis, 13 Oktober 2016

Sonnenallee, satu lagi kisah dari Jerman Timur

PERINGATAN : Film ini tidak disarankan bagi beberapa golongan dibawah umur.

Setelah mengulas film Good Bye Lenin, ulasan kali ini adalah (masih) film berbahasa Jerman yang berlatar belakang masyarakat Komunis Eropa, Sonnenalle.

Rating : 3/5

Awalnya aku menemukan Film ini saat sedang mengunjungi perpustakaan Goethe-Institut di jalan Riau, Bandung. Di covernya tertulis informasi singkat mengenai Film. Yang membuat aku tertarik adalah mengenai latar belakang film ini : di zaman masyarakat Komunis Eropa.

Tanpa menunggu lama aku meminjam dvdnya. Sesampainya di rumah segera kunyalakan Laptop agar rasa penasaranku bisa segera terjawab. Apakah Film ini akan sama dengan Good Bye Lenin, yang lebih menonjolkan sisi Jerman Timurnya? Rupanya tidak.

Sonnenalle (Sun Alley) merupakan Film berbahasa Jerman yang dirilis pada tahun 1999. Film ini bergenre Comedy, sehingga ada banyak lelucon mengenai kehidupan di era Komunis tersebut. Tapi perlu diingat, lelucon dalam Film ini (sepertinya) hanya bisa dipahami oleh anak IPS. Kenapa? karena hampir semua lelucon didalamnya berhubungan dengan sosiologi dan sejarah, sehingga mungkin hanya beberapa kalangan yang benar-benar mengerti humor dalam Film ini.

***
Berlin Timur. 1970. Michael (atau Micha) merupakan seorang remaja 17 tahun yang hidup dalam masyarakat Komunis Jerman Timur. Ia menghabiskan masa remaja bersama teman-teman sebayanya dengan mendengarkan musik pop barat (yang saat itu Ilegal di Eropa Timur), berpesta hingga larut malam, sampai mencoba mendekati Miriam, seorang gadis cantik yang tinggal persis diseberang rumahnya. Intinya, ia adalah tipikal rebell, yang mencoba memberontak pada Negara.

Setelah scene pertama penonton dibawa ke Dunia Micha, selanjutnya akan ada banyak scene dimana kehidupan masyarakat Jerman Timur disorot hingga kedalam urusan pribadinya. Misalnya seperti keluarga Micha yang terdiri dari ayahnya yang gemar merokok, ibunya, hingga saudari perempuanya yang selalu gonta-ganti pacar. Di sini, penonton akan melihat bagaimana masyarakat Komunis hidup sehari-hari.

Satu hal yang kulihat, rupanya masyarakat Komunis Jerman Timur sangat iri terhadap saudara baratnya yang lebih makmur. Itu dapat dilihat dari cara mereka melihat kemajuan ekonomi dunia barat, dan selalu merasa tertinggal dan dikucilkan oleh dunia saat itu.

Oh, dan perlu diingat lagi, ada cukup banyak adegan intim (dan beberapa cukup Vulgar) dalam Film ini sehingga aku menyarakan bagi yang dibawah umur untuk tidak menonton Film ini terlebih dahulu.

Diluar itu, menurutku Film ini cukup menarik. Di satu sisi, kita bisa melihat kehidupan masyarakat Komunis (disertai satir dan adegan intim), dan di sisi lain ada banyak cara anak muda (yang masih dalam masa puberitas) dalam menghadapi sistem yang otoriter.

Adegan yang menurutku paling menonjol, disaat sekumpulan turis dari Amerika (yang sedang berkunjung ke Berlin Timur) memandang Micha dan kawan-kawanya sebagai "anak muda yang kelaparan, persis seperti di Afrika". Bagiku, ini semacam pandangan lama dunia barat mengenai dunia timur : rakyat kelaparan, pemimpin korup, hingga sistem pemerintahan yang otoriter. Tapi uniknya, dalam Film adegan tadi dibalut dengan satir dan lelucon, sehingga aku merasa bahwa film ini "memang benar-benar lelucon khas anak IPS".

***
Aku puas dengan berbagai satir dan lelucon sepanjang alur film, tapi beberapa adengan intim membuat kepuasanku terhadap Sonnenalle berkurang. Setidaknya film ini cocok bagi para penyuka sejarah, terutama sejarah Komunisme dan Sosialisme. 





Sabtu, 02 Juli 2016

Hilang

2 tahun terlalu singkat
Terlalu banyak waktuku sia-sia
Hanya untuk memandangi rupanya
Ah, sial benar aku ini!

Apakah selamanya seperti ini?
Setiap waktu kuingat dia
Usaha berbicara lama kucoba
Ah, lagi-lagi dia tidak menggubris!

Sayang Tuhan berlaku lain
Kini ia telah hilang
Entah dimana lagi dia
Kembali? Itu berarti tragedi bagiku!

Puisi ini untuk dia ditanggal 25 bulan April

2/07/16

Hujan : Antara persahabatan & cinta

"Tentang Persahabatan. Tentang Cinta. Tentang Melupakan. Tentang Perpisahan. Tentang Hujan"

Pertama kali aku melihat buku ini ketika sedang pergi berlibur bersama keluarga di Jakarta. Dan saat kulihat Cover bukunya...Hmm sederhana tapi menarik dilihat. Tanpa berpikir panjang maka aku pun membawa buku ini ke kasir dan membayarnya.

Sesampainya di Hotel tempat kami sekeluarga menginap, segera aku membuka halaman pertama dengan rasa penasaran. Kira-kira apa tema yang akan dibawakan Tere Liye kali ini?  Awalnya kukira sekedar kisah romantis, karena banyak Novel yang memakai kata "Hujan" dan isinya kadang tentang kisah cinta sepasang muda-mudi.

Oh, ternyata lebih dari itu. "Hujan" merupakan kisah tentang petualangan seorang gadis yang sudah Yatim Piatu di umurnya yang ke 12. Latar waktunya sendiri kira-kira tahun 2040-2050, masa dimana Manusia ke 10 Milyar baru saja dilahirkan. Alkisah Lail, nama gadis itu hidup sebatang kara setelah kedua orangtuanya tewas dalam sebuah bencana besar yang melanda Kota tempat tinggalnya. Kebingungan dan ketakutan mulai merasukinya. Tapi mulai disinilah kisah Lail bermula.

Setelah tinggal di Kamp pengungsian, ia bertemu dengan Esok dan Maryam, yang kelak akan sangat mempengaruhi perjalanan hidupnya dalam menghadapi masa-masa sulit itu. Esok sendiri dikisahkan pintar dan berani, sementara Maryam (yang akhirnya menjadi sahabatnya) memiliki watak Rajin dan setia kawan. 

***
Aku tidak akan menceritakan semuanya secara detil, hanya beberapa adegan penting saja yang akan kutuliskan kali ini.

Loncat agak jauh, setelah Lail bertemu Maryam dan Esok akhirnya ia pun kembali bersekolah hingga akhirnya mereka (Lail dan Maryam) lulus dan mulai bekerja sebagai Regu penyelamat bencana. Sayang, ia harus berpisah lama dengan Esok karena ia dipanggil oleh pemerintah dan akhirnya terpaksa menetap di Ibukota. Lail sendiri tidak tahu apa yang sedang dilakukan Esok, hingga akhirnya ia mengunjungi teman lamanya itu. Dan betapa terkejutnya Lail karena Esok ternyata ditugaskan untuk membuat sebuah kapal yang dapat menyelamatkan kelangsungan hidup umat Manusia!

Setelah itu, kisah lain mulai bermula. Seperti yang ada diatas, Novel ini tidak hanya sekedar kisah Cinta. Akan ada cerita dimana Lail harus memilih, sehingga terciptalah babak perpisahan. Dan tentang Hujan, disanalah semuanya berasal.

Kekuranganya. Novel ini tidak memiliki Ilustrasi, sehingga penggambaran tokoh harus dilakukan secara Imajinatif oleh pembaca. Lalu, Endingnya sendiri kalau menurutku sedikit menggantung dan malah membuat pembaca penasaran bagaimanakah kelanjutan kisah antara Lail dan Esok.

Anyway, meskipun begitu Novel ini sendiri cukup bagus dan sangat aku rekomendasikan, apalagi bagi para penggemar karya Tere Liye. Didalamnya kalian akan menemukan perasaan antara Cinta dan persahabatan secara bertahap, sehingga kalian tidak akan cepat bosan bila tertarik membaca Novel "Hujan" ini.

Rating Buku : 4.5/5
Chapter terbaik : Saat dimana Lail pertama kali bertemu dengan Esok.